Pada
awalnya saya ragu, saat membaca flyer kelas menulis yang singgah diberanda
Facebookku, begitupula saat saya buka Instagram dan lagi-lagi muncul flyer
tersebut. Keraguanku bukan pada sosok yang menyelenggarakan kegiatan tersebut
namun lebih pada media yang digunakannya, “Masa sih cuma lewat WA bisa menulis
buku” Begitu gumam dalam hati.
Sosok dalam flyer itu saya
kenal sekali, Bapak Wijaya Kusumah atau Om Jay panggilan beliau. Pertama kali
mengundang beliau saat membaca buku “Menjadi guru tangguh berhati cahaya” tahun
2012 yang lalu. Kemudian saya langsung meminta kepala sekolahku saat itu untuk
mengundang beliau, mengingat memang sekolah kami sering mengundang motivator
untuk mengisi pelatihan. Pada tahun itulah saya pertamakali berinteraksi dengan
beliau.
Begitupun saat saya aktif di salah satu
organisasi guru, ternyata beliau menjadi pengurus di organisasi tersebut dan
akhirnya saya sering berinteraksi dengan beliau dikarenakan beliau sering
mengisi kegiatan pelatihan di organisasi tersebut. Pada saat KSGN (Komunitas
Sejuta Guru Ngeblog) mengadakan acara, lagi-lagi bertemnu dengan beliau sebagai
narasumber. Wah luar biasa sosok bapak yang satu ini. Dibeberapa kegiatan guru
tingkat nasional beliau selalu tampil didepan. Apalagi saat ini beliau
diamanahi sebagai sekjen ikatan guru TIK PGRI.
Kembali lagi kepada
flyer yang sering mondar-mandir diberanda, akhirnya saya beranikan diri
menghubungi beliau lewat WA. Bukan karena flyernya namun karena mengenal baik
sosok foto bapak-bapak di foto tersebut. Saya ingat sosok itu Om Jay karena memang ‘berteman’ dengan akun beliau di Instagram dan Facebook. Eng ing eng belum satu menit saya mengirim
pesan di WA langsung beliau merespon dengan mengirimkan link grup WA Belajar
menulis gelombang delapan.
Akhirnya sampailah pada
saat berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan saya kedalam grup menulis
yang di bimbing Om Jay. Saya bergabung disini karena kerinduan pada jiwa
penulis yang sudah padam, bahkan blogku pun sudah lama tak terawat. Padahal
sepandai apapun kita jika kita tak menulis maka kita akan dilupakan oleh
sejarah karena menulis adalah kerja untuk keabadian. Bahkan dalam Islam
diserukan “Ikatlah ilmu dengan menuliskan”.
Ternyata, apa yang ada
dibenak saya pada awal ingin bergabung itu
salah. Kelas menulis yang dibayangkan
‘boring’ alias ‘gabut’ kata anak
sekarang ternyata tidak terbukti. Om Jay dengan piawai menghidupkan suasana
kelas meskipun kelas tersebut hanya menggunakan WA. Kuliah malam bersama para
narasumber yang luar biasa menjadi daya tarik para peserta. Sehingga mereka
asyik dibawa kedunia diskusi, Sejenak kami melupakan keadaan bahkan mungkin
penderitaan.
Fisik kami boleh terkekang dirumah namun ide
kami melanglang buana. Kami tak dibatasi lagi oleh ruang dan jarak. Om Jay
telah berhasil memaksa otak kami kembali berkutat dengan aksara, jari jemari
kami pun dipaksa kembali ke atas papan keyboard. Menelusuri ‘tuts’
huruf demi huruf sehingga menjadi kata, kata menjelma menjadi paragraf
dan kelak paragraf itu akan berkolaborasi menjadi karya.
Kelas menulis ini telah
membangkitkan kembali jiwa penulis didalam raga para guru. kita masih tetap
dapat meningkatkan kapasitas diri ditengah pandemi. Luruskan niat saat menulis
dan percayalah meski hanya lewat kata, kita akan mampu merubah dunia. Maka menulislah setiap hari dan lihatlah
apa yang akan terjadi.
Ridwan Nurhadi, S.Pd,. Gr.
ingatlah selalu mantra ajaib omjay, menulislah setiap hari dan buktikan apa yg terjadi.
BalasHapusSiap om
HapusMantap pak... mari semangat untuk menulis
BalasHapusLuar biasa pak
BalasHapusKeren pak
BalasHapusMantul
BalasHapusMantap,bolelah bagi ilmunya ke kita.
BalasHapusMantaben
BalasHapus